Kota  kuno Chachapoyas, negeri orang-orang awan yang hilang ratusan tahun  lalu berhasil ditemukan. Sebutan ‘masyarakat awan’ mungkin karena  mengacu pada pegunungan andes yang selalu berselimut awan. Kehidupan dan  kebudayaan kota kuno yang eksis sejak abad ke-9 ini, sampai sekarang  masih misteri dan sulit diungkap karena mereka tidak banyak meninggalkan  ‘catatan’.Meski hilang tanpa jejak selama ratusan tahun, namun jejak peradaban  kota Chachapoyas yang kini masuk wilayah utara Peru, masih bisa  ditemukan. Deretan patung-patung menghadap ke matahari terbit yang  terkenal dengan sebutan ‘prajurit awan’ tetap berdiri tegak hingga kini.  Patung-patung itu melambangkan keperkasaan masyarakat mereka di masa  lalu 
 Kuelap, benteng  monumental  yang berada 9.500 meter di atas permukaan laut
 Situs  Karija ini dibangun hampir 1 milenium. Sebenarnya itu merupakan  kuburan, setiap patung melambangkan tokoh yang di makamkan di sana.  Mungkin bisa dibilang mirip dengan situs-situs makam di Tanah Toraja,  Sulawesi. Patung-patung itu terbuat dari clay dan plant matt di mana di  dalamnya berisi mumi para tokoh Chachapoya. Yang uniknya posisi patung  berisi mumi itu sangat sulit dijangkau. Entah bagaimana masyarakat pada  jaman itu membawa dan menempatkannya di sana. Sebab, telah diteliti,  tidak ada jalan yang bisa diakses menuju tempat itu.   Chachapoyas, 'Negeri Awan' di ketinggian 9500  meter dari permukaan laut
 Kisah  bangaimana kehidupan di Chachapoyas nyaris menjadi misteri karena  tempatnya sangat terisolir. Kota kuno Chachapoyas yang hilang inii,  ditemukan tahun 2008 di hutan lebat Amazon, yang sangat terisolir, oleh  tim ekspedisi arkeologi. Jaraknya sekitar 500 km sebelah timur laut  Lima. 
Tim arkeologi menemukan benteng-benteng dari batu serta  bangunan-bangunan yang berada di tepi jurang, sisa-sisa tembok yang  memuat lukisan-lukisan yang di pahat di bebatuan. Mungkin ini dibangun  mereka untuk melindungi dari musuh.

Sayangnya, tidak banyak yang tahu tentang keberadaan kota  kuno ini. Hanya sedikit catatan tentang hal itu, termasuk tentang  kebudayaan mereka yang berkembang di abad ke-9. Kenyataannya, kota kuno  itu berada di puncak ketinggian. Diduga, kota di ketinggian itu sengaja  dikembangkan untuk pertahanan terhadap musuh. 

Akan tetapi nasib mereka menjadi tak menentu ketika  kekaisaran Inca semakin berkembang dan berhasil menaklukkan mereka 500  tahun lalu. Meskipun bangsa Chachapoyas sempat memberi perlawanan keras,  namun kekuatan Inca tak tertandingi. 

Keberuntungan datang ketika Spanyol datang pada 1535.  Sisa-sisa suku Chachapoyas berpihak pada Spanyol untuk berperang melawan  suku Inca. Namun kemudian datang penyakit orang Eropa, yakni cacar,  yang melenyapkan populasi mereka.          Penulis  sejarah Cieza Pedro de León menulis, sosok orang-orang Chachapoyas  berkulit putih dan tampan, kaum wanitanya cantik-cantik, itulah  sebabnya banyak orang Inca menjadikan mereka istri.
Makam tokoh orang-orang awan ini di chullas, di sisi tebing yang dicat  dengan atap runcing, khususnya yang ditemukan di Revash.Namun yang  paling mengesankan dari peninggalan konstruksi Chachapoyas adalah  Kuelap, benteng monumental yang berada 9.500 meter di atas permukaan  laut. Bangunan itu bagian luarnya dilindungi oleh batu-batu besar.  Di  Kuelap ada sekitar empat ratus gedung yang mungkin ditempati oleh  sekitar 3.500 jiwa. Bandingkan dengan bangunan milik bangsa Inca, Manchu  Picchu yang terkenal. Kompleks ini (Kuelap) menunjukkan bahwa bangsa  Chachapoyas pada 1000 tahun lalu telah mampu membuat suatu yang luar  biasa. 
Siapa yang tahu, apa lagi yang akan ditemukan di pedalaman  andes amazon? Semua memang masih misteri, seperti misteriusnya  Chachapoyas.Minimnya catatan tentang suku ini memunculkan pesimis apakah  bisa menguak kisah ‘orang-orang awan’ inia
 
0 komentar:
Posting Komentar