1. SUPRIYADI
  Pada waktu itu, Supriyadi memimpin sebuah pasukan tentara bentukan  Jepang yang beranggotakan orang orang Indonesia. Karena kesewenangan dan  diskriminasi tentara Jepang terhadap tentara PETA dan rakyat Indonesia,  Supriyadi gundah. Ia lantas memberontak bersama sejumlah rekannya  sesama tentara PETA. Namun pemberontakannya tidak sukses. Pasukan  pimpinan Supriyadi dikalahkan oleh pasukan bentukan Jepang lainnya, yang  disebut Heiho.Kabar yang berkembang kemudian, Supriyadi tewas. Tetapi, hingga kini tidak ditemukan mayat dan kuburannya. Oleh karena itu, meski telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah, keberadaan Supriyadi tetap misterius hingga kini. Sejarah yang ditulis pada buku-buku pelajaran sekolah pun menyebut Supriyadi hilang.
Namun yang membikin sosok Supriyadi semakin misterius adalah banyaknya kemunculan orang-orang yang mengaku sebagai Supriyadi. Salah satu yang cukup kontroversial adalah sebuah acara pembahasan buku ‘Mencari Supriyadi, Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno’, yang diadakan di Toko Buku Gramedia di Jalan Pandanaran Semarang. Dalam acara itu, seorang pria sepuh bernama Andaryoko Wisnu Prabu membuka jati diri dia sesungguhnya. Dia mengaku sebagai Supriyadi, dan kini berusia 88 tahun.
Namun sampai sekarang pengakuan tersebut belum bisa dibuktikan  kebenarannya, meski secara perawakan dan sejumlah saksi membenarkan  klaim tersebut.
2. Tan Malaka
2. Tan Malaka
Salah  satu sosok pahlawan nasional kita yang terlupakan. Mungkin salah  sedikit (atau satu-satunya) sosok pahlawan yang memiliki kisah  petualangan dari negara ke negara lain dan menjadi sosok yang paling  dicari oleh Belanda dan banyak negara lain. Selain itu, pada masa  revolusi kemerdekaan keberadaannya selalu dicari oleh para pejuang pada  saat itu (termasuk oleh Bung Karno) karena hobinya melakukan penyamaran  untuk menghindari mata-mata musuh, sehingga sosoknya selalu misterius  dan tidak banyak yang mengenal dengan pasti seperti apa sosok yang  bernama asli Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka itu.
Namun sayangnya keberadaan dari tokoh aliran kiri ini hilang secara misterius dalam pergolakan revolusi kemerdekaan itu. Konon kabarnya Tan Malaka dibunuh pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya di daerah Kediri, Jawa Timur. Hingga kini makamnya tidak pernah bisa ditemukan.
Namun sayangnya keberadaan dari tokoh aliran kiri ini hilang secara misterius dalam pergolakan revolusi kemerdekaan itu. Konon kabarnya Tan Malaka dibunuh pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya di daerah Kediri, Jawa Timur. Hingga kini makamnya tidak pernah bisa ditemukan.
3. Gunadarma
Borobudur  dan Gunadarma adalah dua nama yang tidak bisa terpisahkan. Dalam  sejumlah literatur, Candi Borobudur diarsiteki oleh sekelompok kaum atau  sekelompok brahmana yang meletakkan dasar pada sebuah tempat pemujaan  nya dan kemudian entah beberapa waktu kemudian (kemungkinan bisa  puluhan, ratusan atau malah ribuan) dibuatkan sebuah proyek mega  raksasa, pemberian sebuah “kulit” yang katanya dikepalai oleh seorang  arsitek bernama Gunadarma.Sedangkang siapa sebenarnya sekelompok kaum brahmana yang terdahulu tidak diketemukan catatan resmi tentang mereka, kemudian cerita tentang kepala penanggung jawab mega proyek pembuatan “kulit” situs tersebut yaitu Gunadarma juga tidak ada sebuah keterangan resmi mengenainya, bisa jadi kata Gunadarma adalah sebuah kata symbol dan bukan merupakan nama seseorang.
Kalau memang benar Gunadarma yang mengarsiteki pembangunan Candi Borobudur, maka perlu kita acungi jempol (kalo perlu pake empat kaki!) bagaimana Gunadarma melakukan perencanaan yang tepat dengan kondisi teknologi yang pada saat itu belum begitu canggih. Namun sampai saat ini nama Gunadarma dan Borobudur itu sendiri masih menjadi misteri yang belum bisa diungkapkan dengan tuntas.
4. Perobek Bendera Belanda di Hotel Oranje       
Peristiwa  10 November 1945 tentu tidak lepas dari dipicunya oleh salah satu  peristiwa yang paling heroik, yaitu perobekan bendera Belanda di atas  Hotel Oranje. Kisah ini dipicu oleh berita bahwa di Hotel Oranje di  Tunjungan telah dikibarkan bendera Belanda merah-putih-biru oleh Mr  Ploegman. Tentu saja hal tersebut tidak diterima oleh para arek-arek  Suroboyo yang merasa pengibaran bendera tersebut dianggap sebagai  penghinaan sebagai bangsa yang merdeka.
Pada akhirnya Mr. Ploegman dibunuh oleh seorang pemuda mendekati dirinya tanpa ia ketahui dan menusukkan pisaunya bertubi-tubi. Pada saat itu Mr. Ploegman menghadapi ribuan massa di depan hotel yang menuntut penurunan bendera triwarna tersebut. Pada saat itu teriakan untuk menurunkan bendera kian membahana. Sejumlah pemuda telah membawa tangga untuk naik ke atap hotel, terdapat 8 sampai 10 pemuda. Dari atap ada yang naik ke tiang bendera dalam gemuruh teriakan, lalu bagian biru bendera itu pun dirobek, dan jadilah kini Sang Merah Putih yang berkibaran di angkasa.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang menjadi perobek bendera tersebut? Dalam kondisi yang sangat kacau dan penuh massa, tentu tidak mudah bagi para saksi sejarah untuk mengetahui secara pasti siapakah yang melakukannya.
5. Penulis Buku Darmogandhul
Mungkin  di antara karya-karya sastra kuno berbahasa Jawa, kitab Darmogandhul  adalah salah satu sastra Jawa yang sangat kontroversial. Selain isinya  banyak memutarbalikkan ajaran agama tertentu, juga kitab ini sarat  dengan sejumlah keganjilan-keganjilan sejarah sebenarnya.Pada akhirnya Mr. Ploegman dibunuh oleh seorang pemuda mendekati dirinya tanpa ia ketahui dan menusukkan pisaunya bertubi-tubi. Pada saat itu Mr. Ploegman menghadapi ribuan massa di depan hotel yang menuntut penurunan bendera triwarna tersebut. Pada saat itu teriakan untuk menurunkan bendera kian membahana. Sejumlah pemuda telah membawa tangga untuk naik ke atap hotel, terdapat 8 sampai 10 pemuda. Dari atap ada yang naik ke tiang bendera dalam gemuruh teriakan, lalu bagian biru bendera itu pun dirobek, dan jadilah kini Sang Merah Putih yang berkibaran di angkasa.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang menjadi perobek bendera tersebut? Dalam kondisi yang sangat kacau dan penuh massa, tentu tidak mudah bagi para saksi sejarah untuk mengetahui secara pasti siapakah yang melakukannya.
5. Penulis Buku Darmogandhul
Walaupun menggunakan latar belakang kisah runtuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak Bintara, namun kisah Darmogandhul mencuatkan hal-hal yang tidak masuk akal pada zamannya. Hal ini didapati pada untaian kisah berikut:
… wadya Majapahit ambedili, dene wadya Giri pada pating jengkelang ora kelar nadhahi tibaning mimis, …
Maksudnya: pasukanMajapahit menembak dengan senapan, sedangkan pasukan Giri berguguran akibat tidak kuat menerima timah panas. Apakah zaman itu sudah digunakan senjata api dalam berperang? Hal tersebut tidak mungkin sebab senjata api baru dikenal sejak kedatangan bangsa Eropa ke bumi Nusantara. Darmogandhul ditulis setelah kedatangan bangsa Eropa, bukan pada saat peralihan kekuasaan dari Majapahit ke Demak Bintara.
Lalu siapakah sebenarnya penulis kitab ini? Sampai saat ini belum ada yang bisa menunjukkan secara pasti siapakah pengarang kitab ’ngawur’ ini. Namun dari sejumlah analisis tulisan dan latar belakang sejarah dalam kitab itu, Darmogandhul ditulis pada masa penjajahan Belanda. Penulis Darmogandul bukan orang yang tahu persis sebab-sebab keruntuhan Majapahit yakni Perang Paregreg yang menghancurkan sistem politik dan kekuasaan Majapahit, juga hilangnya pengaruh agama Hindu. Kitab Darmogandhul diduga hanya produk rekayasa sastra Jawa yang dipergunakan untuk kepentingan penjajah Belanda.
sumber: http://blognyajose.blogspot.com/2009/12/7-orang-paling-misterius-di-indonesia.html













0 komentar:
Posting Komentar